Jika diperhatikan ayam bakar satu ini, seperti kebanyakan ayam bakar umumnya. Dibakar di atas arang panas lalu disajikan dengan lalapan dan sambal. Tapi ada yang membuatnya jadi berbeda, ketika menyantap ayam bakar racikan pria paruh baya bernama Dedy Mahmudi.
Bermula sekitar November 2007, kehadirannya langsung menarik perhatian masyarakat sekitar. Tak pelak rumah makan sederhana itu langsung mendapatkan banyak pelanggan. Sekitar dua tahun yang lalu, sang pemilik yang akrab dipanggil Kang Dedy itu, mendirikan rumah makan yang berada di Jalan Cemara Raya, Perumnas I Tangerang. Di sinilah sang “juragan ayam bakar” merintis karirnya yang langsung melejit dan laris manis diburu pecinta sejati kuliner.
Saat ini pelayan yang bekerja berjumlah enam orang. Dua orang bertugas memasak alias membakar si ayam, satu orang sebagai kasir, dan sisanya sebagai waiters atau pelayan tamu. Salah seorang staf rumah makan Ayam Bakar Kang Dedy, Rizal mengatakan, tidak ada teknik khusus dalam pengolahan ayam dari masih mentah sampai dibakar.
“Pertama ayam satu ekor dibersihkan. Lalu beri bumbu yang telah diracik dan lumuri ke seluruh badan ayam dari luar hingga dalam hingga merata. Setelah itu rebus ayam hingga matang di atas api sedang agar empuknya rata. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit agar ayam bisa empuk,” ujarnya kepada Satelit News kemarin siang.
Setelah proses perebusan ayam yang hasil akhirnya menguning karena bumbu yang telah menyerap, saatnya untuk membakar tiba. Biasanya, kebanyakan kedai makan yang menjajakan ayam bakar menggunakan arang kayu. Namun, di ayam bakar Kang Dedy justru menggunakan arang yang berasal dari batok kelapa.
“Banyak kelebihannya jika menggunakan arang batok kelapa. Selain aroma dan rasa ayam bakar yang dihasilkan lebih harum dan nikmat, arang dari batok kelapa tidak mengeluarkan asap yang banyak. Berbeda dengan arang dari kayu, selain asap yang mengepul banyak lalu debu yang dihasilkan juga banyak, sehingga bisa menempel di ayam bakar dan hasilnya ayam bakar menjadi bau asap dan rasanya pun kurang nikmat,” terang Rizal.
Harganya yang murah meriah dan terjangkau, bisa dijadikan salah satu alternatif tempat ber-hangout ria bersama keluarga atau kawan-kawan. Untuk satu ekor ayam dihargai dengan Rp34 ribu, dan harga separuhnya hanya Rp18 ribu. Jika ditambah dengan nasi putih maka pelanggan hanya menambahnya dengan Rp3500.
“Kalau perpotong itu untuk bagian paha, dihargai sebesar Rp.8500 dan untuk bagian dada Rp.10 ribu,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar